Teh tanpa kafeinjuga dikenal sebagai teh tanpa kafein, adalah teh yang sebagian besar kafeinnya telah dihilangkan. Prosedur dekafeinasi bermacam-macam, mulai dari bentuk yang berbahaya dan dirancang melanggar hukum, hingga bentuk yang benar-benar aman dan tidak menimbulkan bahaya kesehatan dan kebugaran. Setidaknya salah satu prosedur yang digunakan saat ini mengandung kemungkinan karsinogen, dan proses yang berbeda juga memiliki dampak berbeda pada rasa, jadi penting untuk mengetahui setiap tindakan jika Anda tertarik untuk mendapatkan teh tanpa kafein.
Prosedur dekafeinasi berbeda yang digunakan pada teh:
- CO2 / Karbon Dioksida – Dekafeinasi CO2 menggunakan bensin karbon dioksida yang sangat terkompresi, yang menjadi cairan di bawah tekanan. CO2 sepenuhnya aman dan sehat serta membantu menghilangkan kafein. Proses CO2 sangat baik dalam menjaga rasa. Kelemahan utamanya adalah harganya yang mahal.
- Etil Asetat – Etil asetat adalah senyawa alami, populer dalam buah-buahan (dan juga terdapat dalam konsentrasi sedang pada daun teh). Ini sepenuhnya aman pada tingkat di mana ia tetap berada di dalam teh setelah dekafeinasi. Proses etil asetat murah, namun memiliki kelemahan yaitu menghilangkan lebih banyak rasa dibandingkan larutan lainnya.
- Metilen Klorida / Diklorometana – Metilen klorida, juga disebut diklorometana, efisien dalam mengekstraksi kafein meskipun membiarkan rasa lainnya tetap utuh. Meski begitu, ia kemungkinan besar bersifat karsinogen dan beracun dalam konsentrasi tinggi. Penggunaannya dalam dekafeinasi adalah legal di AS, namun diatur oleh Food and Drug Administration. Metilen klorida kemungkinan besar tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan dalam konsentrasi kecil yang tersisa di sebagian besar teh tanpa kafein, namun teh yang dianalisis sebelumnya ditemukan memiliki jumlah yang melebihi batas resmi. Penyedia yang menerapkan proses ini umumnya tidak mengumumkannya karena anggapan negatif masyarakat terhadap bahan kimia ini.
- Benzena – Prosedur dekafeinasi unik menggunakan benzena sebagai pelarut. Benzene adalah bahan kimia berbahaya dan dapat menyebabkan kanker dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Ini tidak aman untuk digunakan dalam dekafeinasi, dan untungnya, penggunaannya untuk metode ini telah dilarang dan dihentikan sejak lama.
- Trichloroethylene – Pelarut alami dan organik tambahan yang telah dilarang dan dihentikan penggunaannya dalam dekafeinasi, trichloroethylene ditinggalkan setelah diidentifikasi menyebabkan tumor hati pada tikus.
Kesimpulan:
Dari metode dekafeinasi teh yang paling umum, dekafeinasi CO2 umumnya merupakan teknik yang disukai karena aman dan baik serta berfungsi dengan baik dalam mengawetkan rasa, namun biayanya lebih mahal. Dekafeinasi etil asetat aman dan jauh lebih murah, namun berdampak pada pengurangan rasa yang lebih besar. Metilen klorida diperbolehkan namun penggunaannya dikontrol untuk dekafeinasi teh, namun sangat terbatas dalam hal perlindungannya. Prosedur lain yang melibatkan trikloretilen dan benzena pernah digunakan di masa lalu tetapi menimbulkan bahaya kesehatan yang serius serta telah dilarang dan dihentikan.